Pengertian Distilasi
Distilasi atau
penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan
kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis
perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu
larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya.
Pengertian Reactive Distillation
Reactive distillation adalah kombinasi dari reaksi kimia
dengan distilasi dalam satu unit alat. Awal ditemukannya pada tahun 1921,
kemudian dilakukan riset lagi lebih mendalam sejak tahun 1980an dalam berbagai
aspek, seperti: modelling, sintesis
proses, dan bahan material kolom dan isian kolom. Performa dari reaksi dengan
separasi dalam satu unit alat ini memberikan banyak keuntungan. Terutama untuk
reaksi yang terbatas kesetimbangan, seperti esterifikasi dan reaksi
esterhidrolisis. Konversi dapat jauh ditingkatkan melebihi konversi
kesetimbangan kimia dengan pengambilan produk pada kolom reaksi secara
kontinyu. Dengan proses ini, reaksi samping bisa dihindari dan panas eksotermis
dari reaksi tersebut bisa dimanfaatkan untuk pemurnian produk pada proses
distilasi. Selain itu dapat mengurangi biaya investasi dan mengurangi
penggunaan sumber daya yang digunakan.
Karena
interaksi yang kompleks antara reaksi kimia dan pemisahan, performa dari reactive distillation bergantung pada
beberapa parameter, seperti ukuran dan lokasi bagian kolom reaktif dan non-reaktif,
reflux ratio, dan lokasi umpan. Untuk
prosedur pengembangan scale-up dan
analisa sensitivitas membutuhkan sebuah simulasi yang harus berdasarkan pada
pengalaman yang sistematis dan terencana.
Parameter Desain yang berbeda antara Reactive Distillation dan Distilasi
Konvensional:
1.
Suhu dan tekanan operasi
Pada Distilasi Konvensional, suhu dan tekanan operasi
diatur untuk memastikan pemisahan yang terjadi lebih mudah (biasanya dijaga
pada tekanan yang tidak terlalu tinggi). Namun, untuk Reactive Distillation, suhu dan tekanan operasi selain mempengaruhi
pemisahan yang terjadi pada bagian rectifying
dan stripping, juga mempengaruhi
reaksi kimia yang terjadi. Suhu di kolom mempengaruhi keseimbangan fase dan kinetika
kimia. Suhu rendah yang memberikan volatilitas relatif tinggi dapat memperkecil
laju reaksi yang terjadi sehingga akan memerlukan hold-up cairan yang sangat besar (atau jumlah katalis yang sangat
banyak) untuk mencapai konversi yang diinginkan. Sebaliknya, suhu yang tinggi
dapat memberikan konstanta kesetimbangan yang kecil (untuk reaksi eksotermis reversible) yang membuat lebih sulit
untuk mendorong reaksi ke arah produk. Temperatur yang tinggi juga dapat
meningkatkan terjadinya reaksi samping yang tidak diinginkan. Sehingga,
pemilihan tekanan dan suhu operasi optimum menjadi sangat penting dalam
mendesain reactive distillation.
2.
Hold-up cairan pada tray.
Desain ukuran distilasi konvensional
(yang steady-state) tidak dipengaruhi
oleh hold-up cairan pada tray karena desain diameter kolom
ditentukan oleh laju aliran uap maksimal yang terhitung sesuai dengan tingkat
pemisahan yang diinginkan (parameter yang diutamakan adalah komposisi
(kemurnian) distilat dan bottom product).
Namun, pada reactive distillation, hold-up cairan pada tray sangat penting karena laju reaksi secara langsung bergantung
pada hold-up cairan (atau jumlah
katalis) pada setiap tray reaktif.
Sehingga, hold-up cairan harus
diketahui sebelum kolom tersebut dirancang dan sebelum diameter kolom
diketahui. Akibatnya, prosedur desain reactive
distillation adalah secara iteratif. Hold-up
diasumsikan dahulu, selanjutnya kolom dirancang untuk mencapai konversi yang
diinginkan dan produk kemurnian. Diameter kolom terhitung dari laju aliran uap
maksimum. Kemudian ketinggian cairan pada tray
reaktif yang diperlukan dengan hold-up
cairan yang diasumsikan sebelumnya dihitung. Ketinggian cairan yang lebih besar
dari 10-15 cm (4-6 inci) tidak diinginkan karena tekanan hidrostatis yang besar
(menghambat aliran uap). Dengan demikian, jika tinggi cairan dihitung terlalu
besar, diasumsikan holdup yang lebih kecil dan diulang kalkulasinya. Sebuah
alternatif yang memungkinkan untuk mengatasi masalah diatas (namun dengan modal
tetap yang lebih mahal) adalah dengan membuat kolom yang berdiameter lebih
besar daripada yang dibutuhkan oleh beban uap.
3.
Rasio umpan reaktan.
Karena melibatkan reaksi kimia dan proses pemisahan, maka kontrol rasio
umpan reaktan yang masuk menjadi hal yang penting dalam menjalankan proses reactive distillation sehingga bisa
mendapatkan produk dengan kemurnian yang diinginkan.
Keterbatasan Reactive Distillation
Meskipun distilasi reaktif terdengar seperti ide bagus,
luas penerapannya cukup dibatasi. Baik kimia dan uap-cair kesetimbangan
kesetimbangan fasa harus cocok.
1.
Kecocokan suhu
Keterbatasan prinsipnya adalah bahwa harus ada kecocokan
dalam suhu yang menguntungkan untuk reaksi dan suhu yang menguntungkan untuk
pemisahan. Karena reaksi dan pemisahan keduanya terjadi dalam satu wadah
tekanan tunggal.
2.
Volatilitas yang tidak
sesuai
Keterbatasan besar kedua untuk aplikasi distilasi reaktif
adalah bahwa relative volatilitas komponen harus sedemikian rupa sehingga
reaktan yang terkandung dalam kolom dan produk dapat dengan mudah dipisahkan
dari atas dan atau dari bawah. Misalnya, kita ingin menghasilkan asam asetat
dan metanol dari metil asetat dan air. Sekarang metil asetat adalah yang paling
ringan, dan itu akan sangat sulit untuk tetap di zona reaktif dan tidak banyak
yang kearah distilat dengan metanol yang sedang diproduksi. Proses ini tidak
akan cocok untuk distilasi reaktif.
3.
Reaksi lambat
Pembatasan lain untuk distilasi reaktif adalah kebutuhan
kecepatan untuk reaksi tertentu cukup besar. Jika reaksi sangat lambat, wadah
yang dibutuhkan untuk menampung reaktan akan terlalu besar dan tidak ekonomis.
4.
Pembatasan lain
Distilasi reaktif terbatas untuk reaksi fase cair, karena
ada sangat sedikit di hold-up uap
fase. Panas reaksi harus secukupnya untuk mencegah perubahan fasa uap dan cair
yang melalui zona reaktif. Reaksi yang sangat eksotermik bisa membuat seluruh tray-nya kering.
Kelebihan Reactive Distillation
1.
Biaya operasi dan investasi
yang lebih terjangkau karena konfigurasi alat lebih sedikit dan konsumsi energi
yang lebih sedikit pula (memanfaatkan energi hasil reaksi).
2.
Large hold-up
(waktu tinggal lebih lama).
3.
Fleksibel dalam
distribusi hold-up.
4.
Dapat diaplikasikan
untuk katalis homogen dan heterogen.
5.
Kemudahan dalam
penggantian katalis.
6.
Pengembangan dari
skala laboratorium menuju skala industri relatif lebih sederhana.
7.
Limbah produk yang
dihasilkan relatif lebih sedikit.
Kelemahan Reactive Distillation
1.
Kondisi tidak
optimal, karena desain kolom merupakan kombinasi dari reaktor kimia dan kolom
distilasi
2.
Proses introduksi ke
operator lebih sulit karena dibutuhkan pemahaman interaksi uap-cair yang
kompleks, kecepatan transfer massa dan difusi, dan kinetika kimia.
3.
Untuk beberapa
reaksi, rekasi samping memberikan hasil lebih baik, yaitu kondisi dimana kolom
umpan dan zona reaksi dipisahkan. Hal ini dilakukan apabila kondisi optimal
untuk reaksi dan distilasi tidak berbeda jauh.
Assalamuaalaikum mas, saya niken. Saya sedang mengerjakan Tugas Akhir, kebetulan saya menggunakan alat reactive distillation. Jika berkenan, apakah saya bisa bertanya" mengenai neraca massa dan energi di reactive distillation? . Terimkasih
BalasHapus